Membelah Bangsa: Anak Negeri Bermental Kolonial
Oleh: Marbawi
Ketika antagonisme golongan semakin dieskalasi, seringkali kita sendiri tidak menginsyafi adanya pembelahan NKRI yang begitu mendalam.
Metode pembelahan tersebut bisa diibaratkan dengan “Pisau Cukur”. Tak peduli rambut pirang, keriting atau hitam lurus: cukuri sampai botak. Zaman revolusi, bahkan tokoh-tokoh pendiri bangsa, ditembak mati begitu saja tanpa proses peradilan.
Pembelahan bangsa secara mendalam itu hanya sanggup dilakukan oleh lembaga dengan dua ciri khas. Pertama, yang dibiayai secara reguler dan ditambah setoran dari mana-mana. Kedua, yang punya infrastruktur organisasi sentralistik dari pusat hingga desa, bahkan sel terkecil. Mereka kuasai keadaan, aktor-aktor dan sumber-sumber strategis.
Jelas mereka itu adalah oknum besar, kini tengah berlindung dalam jubah ‘Kebangsaan’ maupun ‘Islam’: dua golongan yang saat ini diperkeras antagonismenya. Kelompok-kelompok haus ‘perang’, dalam arti saling menguasai alam pikir masyarakat, segala kekayaan negeri, dan tentu saja pusat-pusat kekuasaan dalam tubuh NKRI.
Mereka bergerak: sekarang atau tidak sama sekali untuk 2019. Kasihan bangsa, rakyat, dan umat kita. Namun, tak boleh juga dilupakan dan harus diwaspadai: kombinasi kesulitan ekonomi di akar rumput, eskalasi antagonisme golongan, perpecahan elite nasional, proxy negara-negara adikuasa adalah sikon sempurna untuk sebuah “peristiwa besar”.
Sejarah NKRI memang penuh luka. Dari pembunuhan tokoh, pembantaian massal dukungan aparat, pembantaian massal horisontal, penculikan pembunuhan senyap dan sebagainya. Ini kata BK (Bung Karno) bahwa “Musuh besar kita adalah ‘bangsa’ kita sendiri (yang bermental kolonial)”.
Alhasil: kita masih punya pekerjaan rumah yg maha besar: menuntaskan identitas Indonesia kita serta mewujudkan keadilan sosial sesegera mungkin. []
*Ketua Umum PP GNKRI (Gerakan Nasionalis Kebangsaan Rakyat Indonesia)
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!