My Nationalism is Humanity

Gandhi berkata: “Saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan”. My nationalism is humanity.

Kebangsaan yang kita anjurkan bukan kebangsaan yang menyendiri. Bukan chauvinisme yang dikobar-kobarkan orang di Eropa yang mengatakan “Deutschland uber Alles” dan tidak ada setinggi Jermania, yang katanya bangsanya minulyo, beram­but jagung dan bermata biru “bangsa Aria” dianggap mereka tertinggi di atas dunia. Sedang bangsa lain tidak ada harganya.

Jangan kita berdiri di atas azas demikian, tuan-tuan. Jangan berkata bahwa bangsa Indonesialah yang terbagus dan termulya serta meremehkan bangsa lain. Kita harus menuju persatuan dunia, persaudaraan dunia.Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus menuju pula kpada kekeluargaan bangsa-bangsa.

Justru inilah prinsip saya yang kedua. Inilah filosofisch prin­cipe nomor dua yang saya usulkan kepada Tuan-Tuan yang boleh saya namakan ”internasionalisme“. Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris, tidak ada Amerika, dan lain-lainnya.

Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme.[] #GNKRIPusat

———————————————-
Pidato “Lahirnya Pancasila”, disampaikan Bung Karno di hadapan Dokuritsu Zyunby Tyoosakai / Badan Usaha Penyelidik Kemerdekaan (BPUPK) Indonesia, 1 Juni 1945

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply