Risalah Seruling

By: Rumi
Penerjemah: Bastian Zulyeno

Dengarkan seruling ini sedang mengaduh
Dari perpisahannya ia mengeluh
Sejak dari rumpunku sampai aku terpotong-potong
Laki-laki dan perempuan semua menangis

Kuingin hati koyak dari perpisahan, hingga
Ku dapat ungkapkan indahnya sakit ini
Siapapun yg terpisah dari asalnya
Kan mencari hari penyambung kembali

Di setiap kelompok di situ aku mengaduh
Hingga orang yang baik dan jahat menjadi temanku
Setiap orang hanya menduga ceriaku
Tapi tak tahu rahasia hatiku

Padahal rintihan dan rahasiaku tak jauh
Tapi mata dan telinga mereka tak bercahaya
Jiwa bagi raga dan raga bagi jiwa keduanya muhrim
Tapi raga tak dapat melihat jiwa

Rintihan ini adalah api bukan angin
Kalau api ini tak ada anginpun takkan ada
Api ini adalah cinta yang bersemayam dalam seruling
Ini adalah buih mendidih di dalam arak

Semua seruling terpisah dari kawan-kawannya
Nada-nada itu berasal dari pita suara kami yg ia koyak
Selain seruling adakah perpaduan antrara racun dan penawar
Selain seruling adakah perpaduan antara penjaga hati dan pengagum

Nada seruling adalah hati yang berdarah bagi pendengarnya
Nada seruling adalah semua kisah cinta Majnun
Muhrimnya rasa ini hanya untuk yang mati rasa
Karena pelanggan lidah hanyalah telinga

Dalam kesedihan kami hari-hari menjadi gelap
Hari-hari gelap dan hangus menjadi satu
Hari biarlah berlalu tak ada cemas
Tetaplah di sini Karena tak ada yg sesucimu

Selain ikan semua bisa kenyang oleh air
Yang tak ada rizki maknawi dalam dirinya dialah yg tertinggal hari-harinya
Dalam kematangan tak ada yang mentah
baik…cukup sampai di sini wassalam

Lepaskan belenggu itu bebaslah hai anakku
Sampai kapan kau terkekang dari emas dan perak
Kalau kau tuangkan air laut dalam satu kendi
Sebanyak apa dapat ditampung? Hanya untuk satu hari

Kendi mata org tamak takkan pernah penuh
Tiram kalau bukan karena sabar takkan mengeluarkan mutiara
Siapa yg telah mengganti bajunya dengan cinta
Dialah yang bersih dari tamak dan cacat dunia

Gembiralah hai cinta periang naluri kami
Hai pengobat sejumlah penyakit kami
Hai obat takabbur dan petunjuk kami
Hai kau Plato dan Galenus kami

Badan yang berasal dari tanah ini oleh cinta telah sampai kelangit
Gunung (Sina) dalam keadaan menari dan bergerak sudah
Hai para pecinta kasih jiwa gunung (sina) telah datang
Gunung Tur terperangah dan nabi Musa pun seperti melihat halilintar

Bibirku telah menyatu dengan bibir kekasih
Seperti yang seruling lantunkan telah ku sampaikan
Siapapun yang terpisah dari teman satu suaranya
Ia akan terdiam bisu walaupun memiliki seratus suara

Umpama taman tak berbunga
Takkan terdengar lagi kicauan Bulbul di sana
Kekasih adalah segalanya dan pecinta adalah tabir
Kekasih tetap hidup walaupun pecinta mati

Ketika cinta tak lagi mengarah kepadanya
Ia bagaikan burung tanpa sayap itulah dia
Bagaimana aku bisa memiliki cinta
Kalau cahaya penolongku tak ada

Cinta ingin keluar dari cerita ini
Karena cermin tak dapat lagi memantulkan bayangan
Tahukah kau kenapa cermin itu tidak terang lagi
Karena wajah dari objek cermin itu tak bercahaya

*Judul asli “Neynameh” dari Mastnawi jilid I. Penerjemah adalah doktor Sastra Persia Universitas Tahreran, Dosen Tetap Sastra Arab Universitas Indonesia, Anggota GNKRI.
#SerulingGNKRI

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply